Judul:
Pendidikan Boneka
Penulis: A.
Supratiknya, dkk
Halaman: xi +
145
Penerbit: Sanata
Dharma University Press
Tulisan ini
tidak mau bicara mengenai apa isi dari buku Pendidikan Boneka itu sendiri,
tetapi saya mau curhat mengenai proses pembuatan dari buku ini.
Buat saya,
buku ini adalah buku pertama saya di mana saya benar-benar terlibat di dalamnya
sejak awal proses. Saya sudah banyak membantu orang menerbitkan bukunya dengan
melakukan proses editing maupun melakukan layout, tapi kali ini menjadi berbeda
karena ada tulisan saya di dalamnya, walau, yah… ngga lebih dari 10 halaman.
Ide mengenai
buku ini datang sejak lama. Sejak kami akal-akalan ingin membentuk kelompok
belajar bernama “Jangkrik!” yang ingin belajar dan berdiskusi lebih dalam
mengenai pendidikan kritis. Kami yang memang kebetulan dipertemukan dan
disatukan karena mata kuliah Pendidikan Kritis dan kemudian bertemu lagi di
mata kuliah Kajian Universitas. Kami kebetulan adalah orang-orang yang
tertarik, terlibat, atau pernah terlibat dengan dunia pendidikan, dan kami
merasa banyak ketidakberesan yang kami temukan. Kami memang masih pemula dan
masih penuh mimpi.
Awal dari rasan-rasan ingin menulis buku ini
ternyata menjadi ‘harus’ diwujudnyatakan setelah kami bertemu dan berdiskusi
dengan Bapak Profesor yang mengampu kedua mata kuliah yang kami ikuti itu.
Beliau mendukung dengan sepenuh hati dan semangatnya agar buku ini bisa
diwujudkan. Bahkan dengan ikhlas hati beliau ikut memberikan tulisannya dan
membaca serta memberi masukan tulisan-tulisan kami ini. Padahal, siapalah kami
ini…
Akhirnya
tulisan-tulisan dikumpulkan. Tulisan yang pada awalnya adalah tugas akhir dari
mata kuliah Kajian Universitas yang dibuat karena rencana seminar yang tidak
jadi diadakan. Delapan tulisan dari kami plus satu tulisan dari Bapak Profesor
menjadi sebuah buku mungil yang kira-kira setebal 150 halaman.
Setelah semua
tulisan dikumpulkan. Akhirnya kami memasuki proses editing. Awalnya tulisan itu
saya bawa untuk saya edit pertama kalinya. Dengan pengalaman menulis yang
berbeda-beda, dengan cara berpikir yang berbeda-beda juga membuat setiap
tulisan memiliki keunikannya tersendiri. Ada yang memiliki ide yang baik tetapi
sulit mengungkapkan pemikirannya, ada yang bermasalah dengan kata sambung, atau
dengan tanda baca. Pokoknya seru lah. Saya sendiri juga baru menyadari bahwa
tulisan yang memang saya tulis dalam dua kali kesempatan itu ternyata memiliki
gaya yang berbeda pada kedua bagiannya ketika ada seorang teman yang membacanya
dan menanyakan kepada saya.
Setelah saya
edit, tulisan kembali pada Mas Supervisor dan diberikan kepada Bapak Profesor.
Bapak Profesor kemudian membaca dan memberikan beberapa masukan dan tulisan itu
dikembalikan kepada penulis masing-masing untuk direvisi. Setelah itu, tulisan
kembali kepada Mas Supervisor dan dikompilasi ulang sekaligus dilayot dengan
segala macam keperluannya. Diberi kata pengantar, ditata tampilannya, diberi
header, diberi daftar isi dan lain sebagainya. Lalu kami bikin dummy awal dan
diberikan lagi kepada Bapak Profesor dan kepada Rama Kaprodi untuk meminta kata
pengantar dari beliau.
Proses ini
sendiri berlangsung selama sekitar delapan bulan, tenggat yang tadinya
Desember, bisa mulur-mulur karena satu dan lain hal hingga bulan April ini.
Saya sendiri sebagai manusia yang tidak tahan tekanan tetapi jadi bagian yang
dikejar-kejar dan menjadi kontak person yang dihubungi sama Bapak Profesor jadi
harus banyak marah-marah dengan teman-teman dan Mas Supervisor yang supersibuk
dengan hidupnya, yang entah ngapain aja tapi sibuk banget itu.
Proses yang
mencapai puncaknya setelah semua artikel terkumpul dan akhirnya saya yang
kebagian proof isi tulisan dan Mas Supervisor yang mengurus masalah cover,
logo, dan teknis-teknis lainnya. Sudah lama saya ini tidak nglembur tulisan dan
editan. Saya ini mah orangnya selow dan suka memberi excuses sama diri sendiri.
Jadi jam kerja saya ya tidak panjang. Secukupnya saja. Waktu cetak yang sudah
di depan mata membuat saya, mau tidak mau, suka tidak suka, harus duduk dalam waktu
yang lama melihat dan mengedit tulisan dalam buku ini agar bisa naik cetak
tepat waktu. Jumat malam saat cover jadi dan mulai disebarkan di media sosial,
naskahnya sendiri masih ada dalam laptop saya dan belum selesai saya baca. Di
detik-detik terakhir hari Sabtu itu saya berusaha bagaimana caranya proof harus
selesai malam itu juga, karena hari Minggu saya mudik dan Senin naskah harus
naik cetak. Pekoknya saya, di detik-detik terakhir itu, saya masih juga
ngomongin soal pergi makan nasi goreng, yang untunglah tidak jadi dilaksanakan
malam itu.
Saya bersyukur
proses ini akhirnya berakhir dan tidak menjadi utang dan beban yang menggelayut
di belakang kepala saya dan terasa memberat setiap kali saya melewati ruangan
bapak Profesor. Saya bersyukur bisa bekerja sama dengan teman-teman yang
toleran dengan tempramen saya yang suka meledak ini. Saya bersyukur dan
berterima kasih bisa bekerja sama dengan Mas Supervisor yang merupakan paket
komplit sebuah penerbitan. Kita bisa menemukan seorang penulis, editor, layouter,
desainer cover, sampai teknis dan manajemen penerbitan dalam satu orang ini.
Semoga kami masih bisa bekerja sama lagi ke depannya. Saya juga bersyukur
sampai terharu dengan dukungan dari Bapak Profesor dan Rama Kaprodi yang
membuat saya merasa tulisan kami yang masih banyak bolongnya ini adalah sesuatu
yang ada nilainya. Membaca kata pengantar dari Rama Kaprodi itu, membuat saya
merasa begitu dihargai. Mungkin ini ya pendidikan yang memanusiakan. Ketika
kami diizinkan dan didukung untuk berkembang dan mencoba, bahkan ketika saya
sendiri tidak percaya saya bisa.
Saya juga
banyak belajar selama proses ini. Saya belajar bahwa saya itu masih anak-anak
yang membutuhkan orang lain yang menjadi tempat saya bertanggung jawab dan
memberikan teror agar saya bisa menyelesaikan pekerjaan saya tepat waktu. Saya
jadi teringat bahwa selama proses skripsi, saya masih diawasi dan ditemani
banyak orang. Kali ini tampaknya saya sudah harus bisa berdiri sendiri dan
bertanggung jawab sama diri saya sendiri yang begitu pemaaf akan keterlambatan
ini. Saya juga belajar, bahwa menyelesaikan tanggung jawab yang sudah lama
mengelayut itu merupakan suatu kelegaan yang besar walaupun memulai prosesnya
bikin males. Walaupun selama prosesnya saya jadi merasa begitu terisolir. Dan itu
menyeramkan…
Perjalanan
dari buku ini sendiri masih belum selesai. Masih ada peluncuran buku yang akan
diadakan, masih ada ide-ide untuk bedah buku yang akan dilaksanakan. Masih
banyak bolong-bolong dari tulisan-tulisan kami yang pastinya perlu kami ketahui,
sadari, dan kami pelajari lagi jika suatu saat ada kesempatan untuk menulis
lagi. Yang pasti, bagi saya, dengan terbitnya buku ini, salah satu impian masa
kecil saya sudah mewujud!
Terima kasih…
Tks...
BalasHapus