Pengarang: Jostein Gaarder
Halaman: 244 halaman isi
Penerbit: PT. Mizan Pustaka
Alih Bahasa: Irwan Syahrir
ISBN: 978-979-433-842-1
2082, kurang
dari 70 tahun sejak saat ini dan dunia sudah di ambang kepunahan. Pemanasan
global, pemakaian dan eksploitasi bahan bakar minyak besar-besaran, dan
kerusakan alam membuat punahnya keanekaragaman hayati yang saat ini masih dapat
kita lihat di muka bumi ini. Nova, seorang gadis yang berusia 16 tahun merasa
sangat sedih dan marah dengan semua kerusakan yang ada di bumi ini, dan ia
meminta kepada Anna, nenek buyutnya, untuk mengembalikan dunia ini seperti
semula, seperti ketika sang nenek masih berusia 16 tahun sama seperti dirinya.
Membaca
beberapa buku dari Gaarder seperti Dunia Sofie, Perpustakaan Bibbi Boken, Gadis
Jeruk, lalu Dunia Anna ini, membuat saya melihat bahwa Gaarder selalu
membawakan ceritanya dengan plot dan tokoh-tokoh yang begitu sederhana. Dalam
Dunia Anna ini hanya ada Anna dan Nova yang sama-sama gadis remaja, dan Jonas,
kekasih Anna yang banyak diceritakan. Tetapi Gaarder selalu tidak sederhana
dalam mengisi pemikiran tokoh-tokoh di dalamnya. Sama seperti buku-bukunya yang
lain, dalam Dunia Anna ini, Gaarder mengajak kita untuk berpikir mengenai
perubahan iklim dan kehidupan yang saat ini kita alami sebagai umat manusia di
dunia ini.
Anna dan Nova
sama-sama gelisah dengan dunia yang berada di ambang kematian. Anna yang berada
di awal tahun 2000-an masih mendapatkan keistimewaan yang tidak didapatkan oleh
Anna yang hidup di tahun 2082. Nova tidak lagi dapat menemui hewan-hewan dan
tanaman yang sekarang kita nikmati, manusia sudah menyusut hanya berjumlah
kurang dari 1 milyar karena benacana alam dan kelaparan. Ada banyak pengungsi
iklim karena negara-negara mereka tidak lagi dapat dihuni karena menjadi begitu
panas dan kering. Kebun binatang pun hanya menjadi sebuah area dengan hewan dan
tanaman hologram. Dan mereka berdua sama-sama ingin memperbaiki kondisi itu
sejak saat ini, hingga generasi di mana Nova hidup kelak tidak harus menerima
akibat dari ketamakan dan kerakusan generasi kita dalam menghabiskan energi.
Kenapa saya
bilang ini spoiler, karena ceritanya ya hanya begitu saja. Usaha kedua orang
ini dalam memperbaiki dunia, yang menjadi istimewa adalah pemikiran-pemikiran
Gaarder yang diisikan dalam argumen-argumen dan banyak artikel-artikel yang
dituliskan yang berbicara mengenai pemanasan global, penggunaan energi, dan
perubahan iklim yang terjadi saat ini. Gaarder juga berbicara tentang berbagai
sifat-sifat manusia yang membuat perubahan iklim ini menjadi suatu isu nyata
tetapi terus menerus disangkal oleh banyak pihak karena banyaknya uang yang
berputar di dalamnya.
“Sifat manusia
ditandai dengan sebuah kemampuan memandang secara horizontal terus menerus.
Kita senantiasa menjelajah dengan pandangan kita dan mencari berbagai
kemungkinan bahaya dan peluang. Dengan begitulah kita secara alami dapat
mempertahankan diri dan orang-orang yang kita sayangi. Tapi, kita tidak
memiliki kemampuan alamiah yang sama untuk melindungi generasi sesudah kita,
apalagi melindungi spesies lain di luar spesies kita sendiri. … melindungi gen
kita sendiri dalam empat atau delapan generasi adalah sesuatu yang harus kita
pelajari.” (156)
Saya memiliki
ketakutan yang mirip dengan ketakutan yang dimiliki Anna. Anna menceritakan
bahwa dirinya memiliki ketakutan akan pemanasan global pada Benjamin,
psikiaternya, saya juga takut bahwa suatu hari nanti bumi ini akan kehabisan
sumber dayanya untuk menopang kehidupan. Gaarder dalam buku ini juga
menggambarkan bahwa hal itu akan terjadi jika kita menggunakan sumber daya yang
ada sekarang tanpa memikirkan generasi selanjutnya. Tidak ada lagi minyak bumi,
orang-orang kembali menaiki unta untuk melakukan perjalanan. Tidak ada lagi
bahan bakar dan orang-orang kembali menebang pohon secara manual.
“Sebagai primata yang
suka bermain-main, inventif, dan berlebihan, kita mudah sekali lupa bahwa pada
dasarnya kita adalah bagian dari alam. Namun, apakah kita begitu sukanya
bermain-main hingga mendahulukannya di atas tanggung jawab pada masa depan
planet ini?” (157)
Buat saya plot
yang sederhana dari novel ini membuat kita bisa lebih berfokus dalam melihat
dan mengeksplorasi pemikiran-pemikiran Gaarder dalam memandang perubahan iklim
yang terjadi di dunia ini. Gaarder mengajak kita untuk peduli dan sedikit
menawakan solusi mengenai apa yang bisa kita lakukan dalam memberikan sedikit
perubahan dan memberikan masa depan yang baik bagi generasi setelah kita tanpa
melupakan sifat mendasar manusia. Mungkinkah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar