Ini bukan
review, curhat aja soal buku.
Dewi Lestari
selalu menjadi favorit saya. Selalu. Banyak teman saya yang suka sastra nggak
suka dengan Dewi Lestari karena dianggap populer dan tidak nyastra, tapi mau
bagaimanapun saya tetap cinta mati sama penulis satu ini.
Kali ini saya
baru selesai baca Akar. Bukan pembacaan pertama kali sih, tapi saya lupa dengan
kesan pertama saya seperti apa, yang pasti saya mengalami perubahan pikiran.
Dulu Akar bukan salah satu cerita favorit saya, Petir tetap menjadi sesuatu
yang saya suka banget. Cerita tentang cewek nyetrum yang punya warnet itu
rasanya saya banget lah—cewek Cina yang tumbuh di toko, walaupun bukan toko
listrik, dan saya nggak nyetrum—Mpret dan juga komputer 17 yutanya juga membuat
saya tergila-gila. Saya dulu nggak paham dengan kehidupan Bodhi dan Bong yang
anti kemapanan itu.